Impian Yang Terlarang Dalam Lukisan

Haloooo sobat blogger...
*hihi sok akrab nih
kali ini aku ingin menyampaikan apa yang selama ini pengen banget aku ungkapkan. Apakah itu?
jeng...jeng..jeng....

tahu siapa yang membuat lukisan ini? kalo kamu menjawab Leonardo Da Vinci tentu salah banget, dia udah almarhum dari kapan tahu. Bukan juga hasil karya Keenan, tokoh rekaan di novel dan film Perahu Kertas.

Ini adalah karya yang sederhana nan menakjubkan hasil tangan seorang cewek kelahiran Padang 21 tahun yang lalu, namanya Nazifatur Rahmi, mahasiswi Desain Komunikasi Visual Universitas Paramadina Jakarta angkatan tahun 2010.

Mungkin bagi kritikus dan kolektor lukisan, karya teman seasramaku ini biasa aja. Tapi bagi aku yang pecinta romance dan suka menghayal ini, karya ini sungguh indah dan layak di apresiasi. ( terutama karena aku gak bisa bikin gambar sebagus itu. hihihi :P )

Lukisan berbahan kanvas dan cat akrilik ini di buat dalam rangka tugas kuliah, harusnya sih Ami ( panggilan akrabnya Nazifatur Rahmi ) membuatnya dalam gambar digital. Tapi entah apa alasannya dia malah membuatnya dengan konvensional. selepas sholat subuh, beberapa jam sebelum deadline tugasnya berakhir Ami mengerjakan lukisan ini. keren yah, aku yang di suruh gambar pohon aja satu jam kagak kelar-kelar. sibuk stres dengan pikiran sendiri karena aku benci menggambar sebab aku tak bisa. haha LOL

OK, kembali ke lukisan yang mau saya bahas.

Saya jatuh cinta saat pertama kali melihat lukisan ini. Tahu kenapa?
kasih tahu gak ya? *sambil menerawang, hehe

seperti yang saya katakan sebelumnya, saya adalah pecinta romance. Dan saya menemukan romance itu dalam lukisan ini. Temen saya bilang lukisan ini terinspirasi dari cerita rakyat Jawa Barat, yakni Sangkuriang. Saya amati detil gambar lukisan ini, ada 'kisah' yang saya tangkap di dalamnya. Yang membuat saya jatuh cinta dan ingin memilikinya. Maka ketika Ami mulai membiarkan lukisan ini tergeletak sembarangan di asrama, dengan sopan aku memintanya, dan ternyata dengan mudah Ami memberikannya padaku. ( Ami emang baik. fufufu ^^ )


for your information, dia pernah sekolah selama setahun loh di US dalam rangka pertukaran pelajar. keren yah. :D

Seperti yang kita tahu, kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi adalah kisah cinta terlarang antara ibu dan anak. singkat cerita nih ya, Sangkuriang jatuh cinta sama Dayang Sumbi tapi doi gak tahu kalo cewek yang dicintainya itu adalah ibu kandungnya sendiri yang dulu pernah mengusirnya. Dayang Sumbi juga awalnya suka sama Sangkuriang, secara doi ganteng dan gagah bo! idaman cewek-cewek pada masa itu, masih ada hubungan sama keluarga kerajaan lagi.

tapi Dayang Sumbi kemudian menolak cinta Sangkuriang setelah tahu Sangkuriang adalah anak kandungnya karena melihat bekas luka di kepala Sangkuriang. Sangkuriang gak percaya Dayang Sumbi adalah ibunya, karena Dayang Sumbi terlihat masih muda dan canti jelita.( Sangkuriang gak tahu kalo nyokap kandungnya ini punya ilmu awet muda, warisan dari neneknya Sangkuriang yang masih keturunan bidadari.)

Sangkuriang maksa Dayang Sumbi buat nikah, tentu aja Dayang Sumbi gak mau. Melanggar adat dan kodrat, serta akan mendapat kutuk dari para dewa jika ibu dan anak melakukan pernikahan. Akhirnya Dayang Sumbi ngasih syarat yang sulit sama Sangkuriang.

Sangkuriang harus bisa membendung Sungai Citarum dan menjadikannya sebuah danau, serta membuat sebuah perahu dalam satu malam. ( Tentunya perahu beneran yang terbuat dari kayu dan bisa di naikin manusia, bukan perahu kertasnya Kugy dan Keenan.hehehe)

Sangkuriang menyanggupi syarat itu, secara selain doi itu gagah dan tampan doi juga punya kekuatan menaklukkan jin. Maka saat maghrib tiba, Sangkuriang langsung menyuruh semua mahluk halus peliharaannya untuk membendung sungai Citarum dan membuat perahu dalam satu malam.

Tengah malam, pekerjaan Sangkuriang dan anak buahnya yang berasal dari bangsa jin itu hampir selesai. Dayang Sumbi kuatir Sangkuriang berhasil memenuhi syaratnya, itu artinya doi harus nikah sama Sangkuriang. Akhirnya Dayang Sumbi cari cara untuk menggagalkan Sangkuriang. Ia membangunkan para wanita di desa itu dan mengajak mereka menumbuk lesung ( alat menumbuk padi, pada jaman dulu emang biasa di lakukan sama kaum perempuan di pagi hari)

Para perempuan itu kemudian menumbuk lesung beramai-ramai, membuat ayam jago terbangun dan menyangka hari sudah pagi. Maka ayam jago pun berkokok, padahal fajar belum datang karena masih dalam waktu sepertiga malam.

mendengar kokok ayam jago, para mahluk halus yang sedang bekerja segera melesat kembali ke alamnya. Sangkuriang yang tahu kalo itu hanya akal-akalan Dayang Sumbi untuk menggagalkan rencana menikahinya, dia marah besar. Hingga menendang perahu yang baru setengah jadi, nendangnya pake tenaga dalam loh, sehingga perahunya terlempar dan jatuh dalam keadaan tertelungkup.

kisah ini diyakini sebagai asal muasal munculnya gunung Tangkuban Perahu. Gak usah di pikirin lah ya masuk akal apa gak, namanya juga dongeng, penuh dengan hal-hal di luar logika. :P


Back to the topic,
dari tadi sudah melebar kemana-mana. Mari kita fokus untuk membahas lukisan ini, seperti niat saya di awal membuat postingan ini.
silakan scroll keatas untuk melihat lukisannya, karena aku gak mau tambahin gambar lukisan itu di sini. takutnya kalian bosen ngelihat lukisan yang sama mulu. hehe
coba amati lukisannya baik-baik, dapatkah kalian menemukan 'kisah' yang ada di dalamnya?
jangan lihat wajahnya yang cakep-cakep, lihat kisahnya. udah ketemu belum?
masih belum ketemu juga? yaudah, sini deh aku kasih tahu. Tapi menurut versiku yah. hehehe


Lukisan ini mengisahkan romance masa lalu, tentang kasih yang tak sampai. mari kita bahas satu per satu

sebenernya dua sejoli ini saling mencintai, namun karena status mereka adalah anak dan ibu kandung. maka cinta mereka tak bisa di satukan. lihat gambar berikut:


mereka berdiri berdampingan namun tak saling berhadapan, menyembunyikan raut wajah masing-masing. Tangan kiri Sangkuriang ingin meraih tangan Dayang Sumbi, tapi Dayang Sumbi malah menyembunyikannya di balik punggung.


Hal ini menyiratkan bahwa Dayang Sumbi tak ingin memberi harapan lebih pada Sangkuriang, karena doi tahu cinta mereka terlarang.

Sisi lain gambar ini mengatakan bahwa Sangkuriang memiliki tekad kuat untuk memiliki Dayang Sumbi, tak peduli apapun yang terjadi dan syarat apapun yang harus ia jalani dan penuhi demi mendapatkan cinta dayang sumbi.
Tangan kanan Sangkuriang yang terkepal inilah buktinya. Meski Dayang Sumbi menolak cintanya, doi tak menyerah untuk terus berjuang mendapatkan wanita yang dicintainya.
(semangatnya hebat yah, sayang salah tempat. Sangkuriang kenapa gak sama aku aja sih? kan aku gak kalah cantik dari dayang sumbi..*_*  #abaikan)

Untuk melihat besarnya cinta yang dimiliki keduanya, kita bisa melihat raut wajah mereka.


lihatlah wajah Dayang Sumbi yang cantik ini, dia tampak tersipu, menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya pada Sangkuriang. Tapi dia juga harus menjunjung tinggi adat dan norma agama yang berlaku, anak dan ibu tak boleh menjadi sepasang kekasih. Sorot matanya menyiratkan ketegaran seorang perempuan menghadapi semua kemelut dalam hidupnya.


kini kita lihat wajah Sangkuriang yang malang, seumur hidupnya ia hanya mencintai seorang gadis, yakni Dayang Sumbi, yang ternyata adalah ibu kandungnya sendiri. tentu aja Sangkuriang kecewa, kenyataan ini terlalu berat untuk ia terima. karena itu dia keukeuh mau nikah sama Dayang Sumbi. raut wajahnya menampakkan kesedihan, karena Dayang Sumbi menolak cintanya. lihat sinar matanya yang meredup namun penuh ketegasan. Bibirnya agak cemberut, menandakan kekecewaan yang ia alami. Impiannya memiliki Dayang Sumbi harus kandas.

Kita lihat lata pendukung dalam lukisan ini. Di belakang Sangkuriang dan Dayang Sumbi ada sebuah gunung. Tapi kayaknya bukan gunung Tangkuban Perahu deh.


Gunungnya berbentuk kerucut yang datar di bagian atasnya, seperti gunung pada umumnya. Bukan seperti gunung Tangkuban Perahu yang bentuknya memanjang bagaikan perahu terbalik. Kalo di pikir-pikir bener juga lah ya,kan Tangkuban Perahu muncul setelah Sangkuriang nendang perahunya yang belum jadi. nah, lukisan ini kan menceritakan kisah cintanya Sangkuriang dan Dayang Sumbi, sebelum insiden perahu ditendang itu terjadi. ( sotoy nih gue.hihihi :P )

latar lain yang mendukung lukisan ini adalah awan gemawan yang terlihat mendung di atas kepala mereka.



Awan yang berarak terlihat mendung di beberapa sisi. Ini menyimbolkan perasaan kedua tokoh kita. Dayang  Sumbi dan Sangkuriang sama sama mendung perasaannya, kalo istilah kerennya sekarang sih galau. sama-sama saling cinta tapi gak bisa bersatu karena mereka adalah ibu dan anak.

masih ada objek lain yang menjadi pendukung dalam lukisan ini, yaitu pepohonan di kiri kanan mereka dan juga busur serta anak panah yang terselip di punggung Sangkuriang. Tapi gak perlu di bahas lah ya. Rasanya uraianku disini sudah cukup panjang dan lebar. meski mungkin masih kurang jelas. Busur dan panah itu hanya   simbol bahwa Sangkuriang adalah seorang pendekar. Dia dulu membunuh Tumang, anjing jelmaan manusia yang merupakan ayah kandungnya dengan cara memanahnya. Sedangkan pepohonan di kiri kanan merek, mungkin cuma penghias aja. hehehe

Mungkin aku tak memiliki kapabilitas dan kredibilitas untuk memperbincangkan sebuah lukisan, apalagi menafsirkan makna yang ada dalam lukisan tersebut. Tapi, aku hanya ingin mengapresiasi lukisan ini. Sebagai sebuah kisah romance yang 'lain' dari biasanya. Lain karena selama ini aku hanya menemukan feel romance dari karya berbentuk tulisan, namun kini aku menemukannya dalam bentuk lain, yakni lukisan karya temanku ini.

Tulisan ini mungkin cuma omongan sotoy gue aja yang ga didasari sama ilmu apapun, murni hanya menggunakan feeling gue sebagai seorang pecinta romance. Tapi ya, daripada aku simpan sendiri kekaguman ini dalam hati. mending kutuliskan saja.

Terima kasih sudah menyimak. ^_^

Komentar

  1. aku suka sama lukisannya. salam buat penuliknya ya...
    aku juga mau donk dikasih lukisan kayak gitu. hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho