REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “


Judul: Salawat Dedaunan
Penulis: Yanusa Nugraha
Dimuat di Kompas edisi 2 Oktober 2011
SINOPSIS
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang nenek tua yang berusaha mendapatkan pengampunan dari Allah dengan cara memunguti dedaunan di halaman sebuah masjid tua yang tak terurus . Ia memungut dedaunan yang berserakan di halaman masjid sehelai demi sehelai , dan di tiap helai yang dia pungut ia mengucap salawat kepada Nabi , seolah dedaunan itu ia jadikan saksi bahwa ia bersungguh – sungguh ingin memohon pengampunan dari Tuhan . Nenek itu melakukan hal tersebut setiap hari , siang dan malam tanpa henti . Hingga akhirnya ajal menjemputnya .
Review :
Cerpen ini mengangkat hal – hal sehari – hari yang kadang terabaikan oleh kita , berlatar masyarakat yang kurang peduli tentang kesejahteraan masjid . Masjid yang sudah berusia puluhan tahun itu telah lama tak direnovasi sehingga bangunannya semakin rapuh , pohon trembesi di depan halaman masjid setia menggugurkan dedaunannya yang telah kering , sehingga membuat halaman masjid tampak kotor dan tak sedap di pandang mata . Penduduk sekitar masjid tak peduli dengan kebersihan dan keindahan masjid , pengurus masjid pun tak mampu lagi menanggulangi masalah tersebut , karena mereka lebih terfokus ingin merenovasi masjid yang sudah tua itu . Hingga akhirnya datanglah seorang nenek yang menyadarkan mereka bahwa kebersihan halaman masjid mempengaruhi kenyamanan dalam menggunakan masjid .
Cerpen ini mengandung kritik sosial yang disampaikan dengan apik , saya yang membacanya pun merasa tersindir . Ada beberapa pesan yang terkandung dalam cerpen ini . Pertama , kita harus lebih memakmurkan masjid dengan cara menjaga dan merawat kebersihan dan kerapihan masjid agar nyaman dalam beribadah . Kedua , tokoh nenek dalam cerita itu membawa pesan agar kita bersungguh – sungguh dalam melakukan sebuah perbuatan , apalagi memohon ampunan kepada Tuhan yang Maha Kuasa . Ketiga , cerpen ini menyindir kita secara halus , bahwa betapa selama ini kadang kiat seringkali mengacuhkan kesejahteraan fasilitas umum , termasuk tempat ibadah seperti masjid . Dan juga menyinggung betapa kepedulian masyarakat mengenai hal tersebut sudah sangat jauh berkurang , kesadaran untuk shalat berjamaah di masjid sangat minim . Dan memang itulah realita yang ada di masyarakat saat ini .
Secara tidak langsung cerpen ini ingin mengajak kita agar lebih peduli pada tempat ibadah seperti masjid . Karena memang seharusnya fasilitas umum itu di jaga dan dirawat bersama oleh penduduk yang menggunakannya , jangan hanya menyerahkan perawatannya kepada pengurusnya saja .
Masyarakat begitu tidak peduli terhadap masjid dan jarang sekali shalat berjamaah di masjid , kecuali hari jum’at dan hari raya . Namun mereka datang berbondong – bondong ketika mendengar ada seorang nenek yang memunguti dedaunan di halaman masjid tanpa henti . Dan mereka baru sadar akan keindahan masjid saat melihat halaman masjid yang bersih tanpa dedaunan yang berserakan .
Gaya bahasa dalam cerpen ini lugas , mudah di cerna sehingga kita sebagai pembaca mudah memahami isi dan kandungan makna di dalamnya . Cerpen ini secara tidak langsung juga mencerminkan watak orang Indonesia yang mudah tertarik pada hal – hal unik dan tak biasa . Dalam cerpen ini di contohkan mengenai seorang nenek yang memunguti dedaunan tanpa henti , masyarakat berbondong – bondong datang ke masjid , padahal sebelumnya mereka acuh akan kehadiran masjid di lingkungan mereka .
Teknik penokohan jelas , tokoh Pak Ibrahim yang merupakan ketua pengurus Masjid , Pengarang menggambarkan dengan jelas galau hati Pak Ibrahim melihat kondisi masjid dan jama’ahnya yang kadang ada kadang tidak . Dan kehadiran seorang nenek yang kemudian menyadarkan Pak Ibrahim tentang arti sebuah kesungguhan dan ketulusan memohon ampunan , meski seolah di tujukan pada Pak Ibrahim . Namun sesungguhnya pesan tersbut juga di tujukan kepada kita , para pembaca .
Watak nenek yang keras dan teguh pendirian , bersikukuh memunguti daun sendirian tanpa dibantu oleh pengurus masjid . Para pengurus masjid yang suka mengeluh karena pemasukan masjid kurang , dan kurang menjaga amanah dari Pak Ibrahim untuk menunggui nenek yang sedang memunguti dedaunan , tapi mereka malah pulang duluan .
Cerpen ini mengikuti alur maju , diceritakan dari awal sampai akhir . Setting tempat disampaikan secara deskriptif dan setting sosial budaya disampaikan secara implisit dalam cerita . Mewakili kondisi sosial masyarakat Indonesia seutuhnya . Cerpen yang menarik dan sarat makna mendalam .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho