Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Menulis dengan Theater of Mind

Menulis cerita bukan sekedar selesainya kisah. Namun, bagaimana mampu mengatur emosi, membangun suasana, dan memilih bahasa yang tepat untuk memberikan kekuatan maknanya.  Mengatur emosi memiliki keterkaitan dengan managemen konflik. Membangun suasana terkait dengan kemampuan deskripsi. Sedangkan, memilih bahasa adalah kepekaan kita untuk menyampaikan perasaan melalui kata. Ada beberapa orang yang menanyakan perihal kemampuan menyusun bahasa dalam kisah menjadi hal terpenting. Aku bilang tidak sesederhana itu. Kemampuan mengisahkan, jika tidak ditunjang dengan kemampuan mengatur emosi (managemen konflik) dan renungan pesan maka akan terasa hambar. Hal yang menjadi luar biasa, jika kisah tersebut mampu menciptakan 'theater of mind'. Artinya, kisah tersebut bergerak sendiri ke pikiran dan perasaan pembaca. Dan ini akan senantiasa terkenang dan di kenang. Inilah sesungguhnya kekuatan cerita. *Loncat sedikit. Menulis memang memiliki dan tidak memiliki keterkaitan dengan b

KECANTIKAN FISIK VS KECANTIKAN HATI

Gambar
aku sih gak liat mukanya, asalkan cantik hatinya. ungkapan seperti itu seringkali terdengar dari mulut seorang laki2, mengatakan seperti itu untuk menunjukkan bahwa dirinya bukanlah seorang yang tergila-gila pada fisik tapi mementingkan hati.  tapi apakah kenyataannya demikian? pada realitas yang ada yang sering saya temui, ungkapan seperti itu sungguhlah basi. hanya kamuflase untuk menutupi ketertarikan hati mereka yang sesungguhnya. lihatlah si A dan si B yang cantik, langsing, putih, dan modis. mereka begitu mudah mendapatkan perhatian dari seorang lelaki yang kemudian berbondong-bondong mendekati mereka untuk di jadikan pacar. lalu bagaimana dengan nasib si C dan si D yang wajahnya hitam penuh jerawat, berpenampilan sederhana, tak ada yang melirik mereka. atau si E yang gendut, pendek dan tak modis. adakah yang sudi tertarik padanya? sama sekali tak ada. tulisan ini bukanlah sebuah keluhan atau representasi dari keputusasaan orang jelek yang tak kunjung mendapatkan jdohnya, a

Flash Fiction-Pisah

" Aku ingin kita berpisah!" kataku tegas. " Aku kan sudah meminta maaf, aku benar-benar menyesal. Aku janji takkan mengulanginya." kau memelas, seperti biasanya. Tapi kali ini aku takkan luluh lagi. " Tidak, aku sudah putuskan. Aku tak mau lagi bersama denganmu." Braakk!!! kau menggebrak meja, tampak amarah menyala di matamu. Kukepalkan tangan untuk menguatkan diriku. AKu takkan takut padamu. " Kau fikir kau siapa? Berani mengusirku dari hidupmu? kamu lupa? Takkan ada lagi yang mau mencintaimu selain aku!" dia mengulang kalimat menyakitkan itu, yang membuatku enggan melepaskan dia meski dengan segudang kelakuan buruknya. Kutantang tatapan matanya, bibirku bergetar. " Kau salah! kau bukan satu-satunya yang mencintaiku." aku bertahan dalam berdiriku yang hampir limbung. Aku tak boleh lagi tumbang di hadapanmu. " Siapa?" tanyamu mengejek. " Diriku sendiri!"kataku lantang. Kau mencibir, lalu melengos pergi. Kuhe

{Cerita mini} Restumu Bagiku

Gambar
“ Kapan kau menikah dengannya?” tanyamu. “ Aku takkan pernah menikah tanpa persetujuanmu. Restumu adalah yang terpenting bagiku.” Kataku pelan sambil melepaskan tali sepatumu. Ritual yang selalu kulakuan saat kau pulang kerja. “ Kau tahu bahwa mungkin aku takkan pernah memberikan restuku padamu? Kau mau tidak menikah seumur hidup karena menunggu restuku?” “ Apalah artinya aku menikah jika tanpa restu darimu? Biarlah kubaktikan seluruh hidupku padamu, membalas jasa-jasamu yang takkan pernah lunas kubayar dengan apapun.” Aku masih sibuk melepaskan tali sepatumu satu persatu ketika tiba-tiba kurasakan sesuatu yang basah jatuh di punggung tanganku. Aku mendongak kearahmu, Ya Tuhan! Kau menangis! Kau yang selama ini aku kenal keras dan pemarah, hingga airmata menjadi hal tabu bagimu, namun di balik sikap kerasmu, ternyata kau memiliki hati yang lembut. “ Maafkan aku, selama ini aku hanya terlalu takut kehilanganmu. Sehingga menahanmu untuk mendapatkan kebahagiaanmu