AMBISI DAN IMPIAN

Antologi perdana Grup GPN C terbit, hore!

Harusnya aku berteriak girang dengan meloncat-loncat seperti itu, kalo perlu sambil bilang WOW. Tapi nyatanya aku tak melakukan itu, melihat antuasias para kontributor dan kegembiraan mereka, aku senang. Senang sekali, karena melihat kegembiraan mereka. Namun saat kuraba hatiku sendiri, apakah aku merasa sesenang itu? apakah aku segembira itu? ternyata tidak.

Lalu apakah hal yang membuatku tak merasakan jingkrak-jingkrak kebahagiaan dalam hatiku? Harusnya kan aku senang, naskah yang kuseleksi dan edit selama berbulan-bulan akhirnya terbit juga. Tapi kenapa bunga bahagia di dalam hatiku tak mekar sempurna atas hal ini?

Banyak teman yang mengucapkan selamat, banyak yang mengapresiasi, banyak yang ingin membedah antologi ini. Namun hatiku tetap bergeming. Aura kebahagiaan itu tetap tak mau menyentuh jiwaku.

Tentu hanya aku sendiri yang mampu menjawab pertanyaan yang mengusik hati ini. Antologi Parade Pena Berkisah adalah Antologi dari Grup Gerakan Pena Nusantara Cileungsi dimana aku di tunjuk sebagai admin ketua atas permintaan pendirinya.

Proses awal antologi ini adalah, aku melemparkan ide pada semua pengurus. Ketika mereka telah setuju, seleksi naskah dilakukan, konfirmasi ke semua penulis yang pernah posting di GPN C dan karyanya terpilih untuk di bukukan, setelah itu editing yang kulakukan sendiri. Lalu penentuan judul, milih penerbit, dan cara pembayaran. Semua proses ini berhasil membuat aku galau berbulan-bulan. Karena tak mudah menyatukan pikiran dari banyak orang. Tapi syukurlah, dengan otoritas sebagai ketua aku bisa menegaskan apa yang terbaik untuk di lakukan demi antologi ini segera terbit.

Lantas setelah antologi yang kuperjuangkan bersama teman-teman kini terbit, mengapa aku tak senang? Mengapa aku tak melompat-lompat bahagia?

Jawabannya hanya satu, karena ini bukan impianku. Bukan ambisiku. Dalam antologi ini aku menempatkan diri sebagai editor, ketua grup yang memfasilitasi para anggotanya untuk merasakan bagaimana rasanya karya mereka di bukukan. Yah, aku bukan berada di pihak yang hanya bertugas menulis, kemudian harap-harap cemas karyaku bisa lolos seleksi dan di bukukan. Seandainya aku berada di pihak itu, tentu aku akan melompat-lompat kegirangan karena akhirnya aku berhasil juga.

Mungkin pengalamanku yang gagal berkali-kali ikut lomba ini itu dengan hadiah karya di bukukan entah itu indie ataupun mayor menyumbang besar atas ketidaksenanganku ini. Tentu saja aku senang melihat semua teman-teman yang sumringah karena karyanya di bukukan. Tapi hanya sebatas itu. Aku senang karena telah membuat mereka senang. That's it. Sedangkan untuk pribadiku sendiri aku tak terlalu senang atas terbitnya buku ini. aneh ya?

Yah, aku emang ambisius. Ambisiku menaklukkan lomba, memenangkan hadiah, dan akhirnya karyaku di bukukan. Dan antologi ini bukan ambisiku. Kembali, di sini aku hanya seorang fasilitator bagi mereka yang membutuhkan kesempatan eksis lewat karya yang dibukukan. dan perasaan yang ada memang berbeda. sedangkan saat menjadi peserta aku tak pernah lolos dalam berkarya. Ah, apakah memang aku tak berbakat hingga tak ada yang melirik karyaku? Dan hanya dengan jalan ini karyaku bisa dibukukan? Apakah memang impianku ini semu semata?

sering aku berpikir untuk berhenti saja mengejar mimpiku yang satu ini, berkali mencoba, berulangkali gagal,ratusan kali mentalku down karena kekalahan, galau berhari-hari, nangis berkali-kali. Tapi aku tak pernah bosan untuk mencoba. Karena aku akui diriku memang ambisius, jika keinginanku belum tercapai, maka aku akan terus mencoba dan mencoba. Hanya demi memuaskan ambisiku saja.

ah, apakah aku orang yang buruk karena mementingkan ambisi? Tapi ambisilah yang membuatku ada disini sekarang. Kuliah dengan beasiswa penuh sampai lulus. Lalu salahkah jika sekarang aku berambisi memenangkan lomba dan menerbitkan buku karyaku sendiri di penerbit Major?

sebagai penutup, aku tegaskan. Aku senang antologi ini terbit, senang karena para kontributor dan temen-teman mereka dan juga teman-temanku merasa senang dan appreciated. Senang karena apa yang kulakukan membuat orang lain senang.

Tapi untuk membuatku benar-benar bahagia, aku harus mampu membuat fiksi yang terlahir dari rahim imajinasiku diakui oleh yang lain. dikenal dunia melalui penerbit major.

Dan semoga kesempatan itu ada. Selama aku masih bernafas di dunia.

Komentar

  1. masih kok, kenapa tidak?
    masih banyak kesempatan untuk keluar sebagai juara. sebagai penulis yang lolos seleksi lomba...

    keep fighting

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho