Ketulusan Cinta Ibunda


Sore menjelang maghrib,aku naik keatas genteng seperti yang biasanya aku lakukan. Ku telentang menghadap langit,bertafakkur atas penciptaan langit. Kupejamkan mata,dan kunikmati alunan asmaul husna dari Hpku. Tiba-tiba,kerinduan pada keluarga di kampung menyeruak tajam di dalam dada. Tak tahan lagi aku memencet tombol-tombol di Hpku dan menelepon sepupuku yang sebentar lagi akan menikah untuk meminta maaf karena tak bisa hadir di pernikahannya. Tak dinyana,saat ditelepon sepupuku mengatakan bahwa ibundaku tercinta sedang berada dirumahnya,maka akupun mengobrol dengan ibundaku.
Ibunda: gimana kabar,nak?
Aku : baik bunda
Akupun bercerita tentang kegiatanku disini.
Aku: bunda,tahu tidak. semenjak disini aku juga sering jalan-jalan ke luar kota. Kemarin aja aku ke bogor.
Ibunda: jalan-jalan yang gak ada gunanya ya?
Aku: enggaklah Bunda,itu jalan-jalan dalam rangka mempererat silaturahmi antar sesama penerima beasiswa. Lagian gak mungkin aku jalan-jalan yang gak penting,karena kan sayang di ongkosnya. Hehe. Oiya bunda, aku disini sering ketemu artis,menteri,bahkan ketemu anggota DPR juga pernah.
Ibunda: lalu gimana perasaan kamu mengalami itu semua?
Aku : rasanya miris bunda,karena aku merasakan semuanya itu hanya sendirian. Aku pengen merasakan semua itu bersama bunda,ayah,adik-adik dan seluruh keluarga yang lain.
Ibunda: ya sudah,untuk sekarang kamu dulu aja yang menikmati semua itu. Nanti kalau kamu sudah sukses,baru kamu bisa mengajak bunda dan keluarga yang lain untuk merasakan itu semua.
Aku: (terharu menahan tangis) ya mudah-mudahan ya bunda,terus doain aku ya bunda.(tak terasa airmataku telah menetes,namun aku berusaha keras menahan agar jangan sampai isakku terdengar Ibunda,aku menutupinya dengan tertawa-tawa)
Ibunda: iya,bunda selalu mendoakanmu. Tapi,kamu jangan sering-sering nelepon bunda,nanti kamu kuliahnya gak konsen lagi.
Aku: wah,justru dengan sering menelepon bunda maka aku akan semakin semangat belajar karena aku ingat ada Ibunda yang selalu mendoakan agar aku sukses.
Ibunda: tentu saja nak,bunda hanya bisa berdoa  buat kamu. Bunda gak bisa memberikan apa-apa selain doa,lagipula bukan Cuma bunda yang mendoakan kamu nak. Tapi keluarga yang lain juga turut mendoakan agar kamu sukses.
Aku: benarkah bunda?
Ibunda: iya benar. Nak,sudah dulu ya. Ini adikmu minta dibikinin susu botol.
Aku: baiklah bunda,assalamualaikum.
Ibunda: walaikumsalam
Klik,telepon pun di tutup. Airmataku pun semakin menetes. Begitu tulusnya kasih bunda padaku,yang senantiasa mendoakan agar aku sukses tanpa pamrih. Dan kerinduan di hatiku semakin menjadi,cintaku pun semakin besar kepada Bunda. Sayangilah dan cintailah bundaku juga ayahku ya Allah,sebagaimana mereka  senantiasa mencintaiku tanpa pamrih. Karena mungkin seumur hidup aku gak akan bisa membalas jasa-jasa mereka yang tak ternilai.
takkan impas dengan kata-kata indah
takkan lunas dengan emas ataupun permata
aku mencintaimu bunda,ayah
sekarang dan selamanya
takkan pernah terganti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho