Fiksimini: Pilihan Hati Aylin



 


Aylin sedang asyik berkeliling melihat-lihat galeri seni ketika Randi menghampirinya.

"Lin, tar malem dinner bareng aku mau gak?"

Aylin terkejut, ia menoleh pada Randi dan memandanginya dengan seksama.

"Tumben amat ngajakin aku dinner, biasanya juga kamu yang minta ditraktir." Aylin tertawa kecil.

"Aku serius, Lin." Randi memegang tangan Aylin dengan erat.

"Oke, oke. Terserah kamu deh. Sekarang lepasin tangan aku." Aylin menepis pelas tangan Randi yang memegangi pergelangan tangan mungilnya.

"Aylin!" sebuah suara yang familiar di telinga Randi dan Aylin menggema di ruangan galeri seni. Seorang lelaki jangkung bergerak mendekati mereka.

"Hai Yovie, galeri senimu keren banget ya. Aku suka deh sama semua benda seni yang dipajang di sini." Aylin berkomentar ketika Yovie telah berada di hadapannya.

"Makasih, aku emang sengaja nyiapin ini semua buat kamu. Karena aku tahu kamu suka sama benda-benda seni." Yovie menimpali.

"Oh ya? Makasih banget deh kalo gitu." Aylin tertawa lepas. Yovie memandangnya dengan penuh arti. Hati Randi memanas melihat Aylin dan Yovie mengobrol dengan begitu akrab. Ia meraih tangan Aylin dan mengajaknya pergi.

"Lin, kita pergi yuk. Kan kita mau dinner." Randi menarik tangan Aylin.

"Eh, bentar dulu." Aylin menahan langkah.

"Randi, kami sedang mengobrol. Kamu gak bisa ngajak dia pergi gitu aja, gak sopan tahu." Yovie menatap tak suka pada Randi.

"Tapi kami ada janji dinner, mending kakak gak usah gangguin deh." Randi berusaha menyeret Aylin pergi namun langkahnya tertahan ketika Yovie memegangi tangan Aylin yang satunya.

"Kak, lepasin tangan Aylin." Randi menarik Aylin lebih keras ke sisinya.

"Kamu yang lepasin dia, Aylin masih mau di sini." Yovie tak mau kalah, dia juga menarik Aylin ke sisinya.

"Hei, cukup! Kalian menyakitiku!!" Aylin berteriak sambil menghempaskan kedua tangannya yang dipegang oleh kedua lelaki di sampingnya. "Kalau mau main tarik-tarikan, cari tambang sana. Tanganku bisa putus gara-gara kalian!" Aylin mencak-mencak sambil mengelus kedua tangannya bergantian.

"Randi, kamu itu seharusnya mengalah padaku, aku ini kakakmu."

"Kak Yovie yang seharusnya ngalah sama aku, Aylin lebih dulu kenal aku dibanding Kak Yovie." Randi mendebat tak mau kalah.

Aylin geleng-geleng kepala melihat kakak beradik itu bertengkar. Lebih baik dia angkat kaki dari sana, Aylin berbalik beranjak pergi.

"Aylin tunggu!" Randi mengejar Aylin, disusul Yovie.

"Kamu mau kemana? Kita kan janji mau dinner." Randi menjajari langkah Aylin keluar dari galeri seni.

"Lin, masih banyak yang mau aku tunjukkin di galeri ini sama kamu. Jangan pergi dulu." Yovie berusaha membuat Aylin tetap tinggal.

Aylin menghentikan langkah. Kemudian memandangi Yovie dan Randi bergantian.

"Kalo kalian belum bisa akur, gak usah temuin aku dulu." Aylin kembali melanjutkan langkah.

"Aku cinta sama kamu, Lin." Yovie dan Randi mengucapkannya bersamaan. Keduanya terkejut dan bertukar pandang lalu sama-sama membuang muka.

"Memaksa orang yang kau sukai untuk bersamamu, itu gak bisa disebut cinta. Kalian benar-benar egois! Kalian gak mikirin gimana perasaan aku ngeliat kalian bertengkar terus gara-gara aku." Aylin benar-benar pergi dan tak menoleh lagi. Meninggalkan Yovie dan Randi mematung di tempatnya.

***
Aylin terisak di bahu Lyra, sahabatnya, seusai menceritakan peristiwa yang terjadi di galeri seninya Yovie.

"Kalo aku jadi kamu, aku pasti seneng banget diperebutkan cowok ganteng dan keren macam Randi sama Yovie. Kok kamu malah sedih sih?" Lyra bertanya heran.

"Aku gak mau persaudaraan mereka rusak gara-gara aku." Aylin masih sesenggukan. "Aku sayang sama mereka berdua, sedih liat mereka bertengkar mulu."

Lyra melepaskan pelukan Aylin, kemudian memandangi wajah Aylin dengan seksama.

"Jujur deh, sebenarnya di antara mereka berdua yang paling kamu sukai siapa?"

Aylin diam sebentar. "Itu dia masalahnya, aku suka sama mereka berdua, rasa sayangku untuk mereka berdua juga sama. Aku gak bisa milih salah satu, karena itu akan menyakiti yang lainnya. Karena itu, daripada nyakitin salah satu, mending sekalian aja aku gak milih."

"Ya ampun!" Lyra menepuk jidatnya sendiri.

_End

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho