Terorisme dari sudut pandang perempuan

Hai apa kabar?

Lama nih tak mengisi blog ku dengan sesuatu yang bersifat reportase dan pemberian info. Belakangan lebih sering di isi dengan kegalauan yang terlalu bermutu. Hehehehe

Oke. Hari ini aku ingin membagikan info tentang buku antologi terbaruku. Yang sudah dipersiapkan sejak lebih dari setahun yang lalu.
Buku ini berjudul 101 Perempuan Berkisah. Di terbitkan oleh Women Script & Co. Awalnya dari obrolan sederhana di grup WSC, yang kemudian berlanjut menjadi diskusi serius. Mulanya ada 111 orang yang tergabung dalam proyek antologi ini. Namun jumlahnya semakin menyusut hingga akhirnya tersisa 101 yang  masih istiqomah.

Buku ini memuat 3 jenis tulisan sekaligus. Ada Opini, Puisi, dan juga cerpen. Jadi gak heran kalau agak tebal dan harganya lumayan. Tema yang diusung dalam buku ini adalah tentang perempuan. All about women, from women to women. Intinya begitulah. Semua penulisnya adalah perempuan dan tentunya tema yang diangkat adalah seputar kehidupan perempuan. Tema yang sangat aku sukai sekali, karena dekat dengan kehidupanku dan menjadi concernku saat ini. Perempuan itu unik, dan selalu bisa menjadi sumber ide tak terbatas karena keunikannya. :D I love to be a women, grateful i am a women. (jadi narsis sendiri ih, hehe)

Jenis tulisan yang aku sumbangkan dalam buku ini tentu saja yang sangat kukuasai -atau setidaknya aku merasa begitu- yakni cerpen. Ada yang unik saat aku mencari ide untuk cerpen dalam proyek antologi ini. Hobiku yang tak pernah berubah sejak kecil sampai sekarang adalah menonton tivi, dari sanalah aku biasanya mendapatkan ide untuk sebuah tulisan baik itu fiksi ataupun sekedar ceracau kritis mengomentari kondisi negeri.

Nah, pada suatu hari, (ceilaaa) aku menonton sebuah berita tentang teroris
. Dalam berita itu menyebutkan bahwa warga kampung dimana teroris itu berasal menolak jasadnya dimakamkan di kampung tersebut. saya lupa nama kampungnya apa, udah setahun lebih juga beritanya. Warga kampung itu mengatakan bahwa teroris yang tewas saat proses penangkapan itu bukan warga asli mereka, melainkan pendatang yang menikah dengan salah satu gadis di kampung itu sehingga ia menjadi warga kampung tersebut.

Setelah melihat berita, imajinasiku langsung berputar-putar dan berkelindan tak tentu arah. Eh, ada arahnya dong. Hehe. Imajinasiku merangkai info yang kudapatkan dari berita menjadi sebuah jalinan kisah yang utuh. Aku menempatkan diri sebagai perempuan yang dinikahi oleh teroris yang mati itu, yang jasadnya tak diterima oleh warga kampung(dalam berita itu tak ditampilkan sama sekali wanita yang menjadi istri teroris itu). Aku pikirkan bagaimana perasaan perempuan tersebut, bagaimanakah kemudian ia menjalani hidupnya sebagai janda dari seorang teroris yang dikecam oleh semua orang di kampungnya.

Dan taraaa....jadilah sebuah cerpen berjudul Keputusan Rosma. Cerpen dengan latar belakang teroris, dan kehidupan perempuan yang harus menghadapi kesulitan hidup akibat ulah suaminya. Saat aku mengirimkan cerpen ini ke Mbak Deka Amalia Ridwan selaku editor beliau mengatakan bahwa cerpenku oke dan hanya judulnya aja yang terasa kurang bombastis. Aku memang selalu memiliki masalah saat menentukan judul dari tulisanku. Karenanya aku menyerahkan sepenuhnya masalah judul tersebut pada Mbak Deka selaku editor.
Untuk nama tokohnya sendiri, bisa dibilang hanya terlintas begitu saja.

Kadang dua hal ini, yakni judul dan nama tokoh tidak menjadi fokusku dalam menulis cerita fiksi. Karena alur/plot yang menarik dan juga tema yang unik bagiku lebih penting. Tapi semakin lama aku semakin tahu bahwa dua hal itu juga penting untuk dipikirkan sebelum menulis cerita. Meski sampai saat ini belum bisa. Karena seperti yang diungkapkan oleh Shakespeare, apalah arti sebuah nama. Yah, aku tak pernah memusingkan siapa nama tokoh dalah ceritaku, kadang cuma nyomot dari tivi, tapi lebih sering adalah nama-nama yang pernah aku temukan dalam bacaanku yang kemudian kumodif sendiri. Pada akhirnya, meski aku tak pernah mementingkan nama. Aku selalu jatuh cinta lagi dan lagi pada tokoh-tokoh rekaanku sendiri. Karena ketangguhan mereka menjalani kisah yang aku tuliskan untuk mereka. I love them so much with all of my heart. <3

Baiklah, kembali lagi ke buku antologi ini. For your information, 101 penulis yang tergabung di dalamnya sama sekali tak menerima royalti. Karena semua hasil penjualan buku ini akan digunakan untuk kegiatan bakti sosial yang mengusung tema besar tentang perempuan. Perempuan adalah mahluk Tuhan yang paling indah, namun keindahannya ini kadang membuatnya terkena berbagai masalah. Seperti pelecehan seksual, masalah diskriminasi, dan banyak lagi yang lainnya. Namun di balik penampakannya yang terlihat rapuh, perempuan memiliki segudang rahasia kekuatan yang membuatnya bisa lebih tangguh dibandingkan 10 orang lelaki sekalipun.

Buat yang kepo dan penasaran tentang buku ini, datang aja ke acara launchingnya hari sabtu tanggal 16 November nanti di Rempah iting (resto) Jl. Sunda No.7 Menteng (Samping sarinah Thamrin) Jakarta 10310 . don’t forget to buy this book. ^_^

Buku ini hadir untuk pembaca yang concern terhadap permasalahan perempuan, untuk mereka yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sosok yang menyembunyikan surga di bawah telapak kakinya, dan tentu saja, untuk seluruh perempuan yang bangga menjadi dirinya dengan segala anugerah yang dimilikinya.

Perempuan, inilah persembahan kami untukmu.

With Love

EFJI

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Impian Yang Terlarang Dalam Lukisan