TIPS SUKSES MEMENANGKAN LOMBA MENULIS

:Poin-poin Penyebab Kegagalan Peserta

Alhamdulillah, selesai juga menyeleksi naskah lomba. Dari almost-600 cerpen yang saya baca, banyak peserta yang gugur karena persoalan-persoalan sepele. Kasihan, berletih-letih menulis, tapi nggak bisa diseleksi karena kesalahan pengirim sendiri.

Entah itu halamannya lebih dari yang ditetapkan.

Entah itu tulisannya kecil sekali, tipis sekali, sehingga tak bisa dibaca.

Entah itu malah tidak mematuhi cara penulisan yang disyaratkan panitia.

Entah itu keluar dari jenis genre naskah yang diminta.

Entah itu penggunaan bahasa yang ala SMS. Sampai bahasa gaul yang diulang-ulang. Semacam ciyus miyapah itu tak terhitung keluar setiap kali membaca naskah. Berusaha lucu, tapi gagal total. Berusaha lucu, tapi memaksakan dengan menghina fisik orang. Ini pasti korban tayangan komedi di waktu malam.

Lalu, seabreg sekali yang gayanya meniru-niru penulis terkenal.

Ah... parah betul. Banyak yang harus dicoret karena ulah penulisnya sendiri.

Menjadi peserta sebuah lomba kepenulisan, oleh karenanya, membutuhkan beberapa kesadaran:

Pertama, patuhi semua syarat panitia. Jika tidak, sebanyak apa pun dikirim, tidak akan dibaca. Ini lomba cerpen dengan halaman sekian, jangan menulis sekian-sekian-sekian. Ada juga yang malah mirip catatan harian pribadi, padahal cerpen tidak sama dengan diari. Dan lain sebagainya.

Dua, perhatikan bagaimana membuat panitia atau orang yang kelak membaca naskah merasa terbantu, nyaman membaca. Ada naskah yang subhanallah, sulit sekali dibacanya, sehingga cerpen sedemikian banyak itu tulisannya tidak bisa diseleksi.

Tiga, hindari pembahasan cerpen yang keluar dari tema yang ditentukan. Lomba yang saya dan teman-teman tangani adalah lomba cerpen lucu, tapi cerpen-cerpen yang masuk ada yang serius, misteri, porno, malah ada yang kosong sama sekali halamannya, kecuali sebait kalimat di halaman terakhir.

Empat, pertimbangkan pola penceritaan yang "basi". Bosan betul baca kisah anak sekolah yang bangun diomeli ibunya, di sekolah diomeli gurunya, menjahili temannya, lalu sosok-sosok cantik-putih-ganteng-tegap yang jadi idola diceritakan berulang-ulang dengan nama yang beda. Ini kebanyakan nonton sinetron, sehingga gaya jadi seragam. Kalau mau jadi penulis dengan kisah yang unik, kurangi atau jangan nonton sinetron sama sekali. Kisah-kisahnya banyak yang nggak variatif, seputar itu-itu saja. Akibatnya berpengaruh dengan cara kita menulis cerita.

Lima, teruslah menulis walau tidak ada lomba. Ketara sekali mana yang punya potensi, mana yang memaksakan diri dapat hadiah, dan sepertinya baru menulis saat diumumkan kompetisi. Menulislah jika memang cinta menulis. Ada atau tidak ada lomba, tetaplah menulis. Kemampuan andal itu terbentuk hari demi hari, bukan lomba demi lomba.

Semangat, yaa Calon Penulis Besar. Jalan juang masih panjang! :)





{Di kutip dari pernyataan Asa Mulchias}

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho