{ Cermin} tarian kunang-kunang

“ Fay , lihat! Kunang-kunangnya udah muncul!” pekikmu ketika senja telah tenggelam di kaki bukit
Kau menarik tanganku dan mengajakku menari bersama kunang – kunang , tertawa menikmati keindahan senja bersama para kunang – kunang
Namun tiba – tiba tawamu terhenti , dan tarianmu pun berhenti .
“ Ada apa Mia? “ Tanyaku heran .
“ Fay , mamaku bilang besok aku akan dikirim ke pesantren untuk meneruskan sekolah disana . “ Ucapmu dengan raut sendu
Aku terkejut dan tak percaya mendengar ucapanmu .
“ Jadi kamu akan pergi Mia? Lalu siapa yang akan menemaniku melihat kunang – kunang kalau kamu gak ada ? “ Airmataku berderai .
Kamu diam tak menjawab , hanya isak tangismu yang mampu menyampaikan apa yang kau rasakan dalam hatimu sekarang . Kunang – kunang menjadi saksi , malam itu menjadi malam terakhir kita melihat kunang – kunang bersama . Kau dan aku bertangisan , disaksikan ribuan kunang – kunang yang meredup cahayanya seolah tahu mendung di hati kita berdua .
***
Mia , masih ingatkah kamu dengan kenangan kita di bukit ini ? Kita menari dan tertawa diantara ribuan kunang – kunang . Bahkan kita tak peduli meski hari sudah jauh malam , dan kita pun seringkali mengacuhkan imbauan dari kakak pembimbing Pramuka yang menyuruh kita masuk ke tenda .
Masih teramat gamblang dalam benakku , ketika kamu bilang akan pergi . Dan sejak itu aku tak pernah melihat wajah manismu lagi ..
Kau pernah bilang , meski kita tak bisa meraih impian kita untuk menjadi bintang – bintang di langit yang mampu menyinari seluruh dunia , setidaknya kita bisa menjadi kunang – kunang yang mampu menerangi alam di sekitarnya .
10 tahun telah berlalu , aku masih menunggumu disini  Mia , di bukit belakang SD kita . Tempat kita biasa berjanji bertemu untuk melihat kunang – kunang . Tapi kamu gak pernah datang . Dan  aku menunggumu disini , untuk mengajakku menari bersama kunang – kunang .
Seekor kunang – kunang hinggap di pergelangan tanganku ,kutatap kunang – kunang itu dengan sayu .
“ Kunang – kunang , aku sangat merindukan sahabat masa kecilku , Mia . Bisakah kamu menyampaikan rinduku yang tak terperi untuknya ? “ Bisikku lirih pada kunang – kunang .
Seolah mengerti ucapanku , kunang – kunang itu terbang tinggi melewati bukit , hingga hilang dari pandanganku . Semilir angin perbukitan kian menusuk . Aku merapatkan jaket , dan bersiap untuk pulang dan untuk kesekian kalinya membawa kekecewaan hatiku karena tak bisa bertemu denganmu .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho