{ Fiksimini } Mak, Aku Ingin Sekolah

“ Mak , aku ingin sekolah . “ Ucapku .
Emak hanya diam sambil terus menumbuk padi .
“ Masalahnya , bapakmu itu pengennya kamu jadi TKW . Cari duit yang banyak , buat benerin rumah kita yang udah mau rubuh ini . “
“ Tapi Minah mau sekolah , Mak . Bukan mau jadi TKW , Minah pengen cari ilmu bukan cari duit . “
“ Adik – adikmu itu masih banyak Minah , duit darimana buat nyekolahin kamu ?”
Aku diam tertunduk , Emak menghela napas panjang , Emak berhenti sejenak menumbuk padi .
“ Ngomong sendiri sana sama bapakmu . “ Ucapnya kemudian .
###
Tuhan , aku hanya ingin sekolah . Apakah cita – citaku itu terlalu tinggi ? Bapakku memang hanya buruh tani , dan ibuku Cuma seorang ibu rumah tangga yang buta huruf . sejak aku kecil mereka menginginkan aku menjadi TKW agar bisa mengangkat derajat keluarga dengan membangun rumah besar , memakai keramik warna – warni , seperti anak tetangga . Dan sekarang aku sudah lulus SMP , teman –temanku sudah banyak yang terbang ke luar negeri jadi TKW . sedangkan aku masih disini .
Kupandangi dinding rumahku yang terbuat dari gedek , kutelusuri wajah adik –adikku yang sedang tertidur pulas di tikar . Adikku masih ada empat orang , dan mereka semua harus di sekolahkan . Minimal sampai lulus SD , sekedar bisa baca tulis . Dan aku sebagai anak sulung sudah harus ikut bertanggung jawab mencari nafkah membantu Emak dan Bapak . Tuhan , apakah aku durhaka pada emak dan bapak jika tidak menuruti keinginan mereka agar aku menjadi TKW ?
***
Bapak pulang dengan wajah tampak lelah , beliau mengipaskan topi caping ke wajahnya . Aku datang sembari menyuguhkan kopi pahit kesukaannya di balai – balai yang sudah reoyt dan selalu berbunyi jika ada orang yang duduk di atasnya. itulah satu-satunya tempat duduk di rumah kami . Aku rasa , mungkin inilah saat yang tepat untuk memberitahu bapak keinginanku untuk melanjutkan sekolah . Ketika aku hendak mengutarakan isi hatiku pada Bapak , tiba – tiba emak datang .
“ Pak , tadi Bu Retno datang menagih utang kita sama dia Pak . “ Kata Ibu .
“ Aduh , bapak belum punya uang Bu . “ Kata Bapak .
” Tapi Bu Retno maksa , Pak .Dia bilang kita garus segera melunasi utang-utang kita,kalo gak , sawah kita yang cuma sepetak itu bakal dia ambil . “
Bapak tampak gusar , beliau tak menyentuh kopi buatanku sama sekali , matanya menerawang.TErlihat jelas gurat kelelahan bercampur kebingungan di wajah bapak .
Mendengar percakapan emak dan bapak aku tak jadi bicara pada bapak . Aku beringsut kekamarku , kuambil celengan kesayanganku . Celengan yang kuisi sedikit demi sedikit untuk kugunakan meneruskan sekolahku, tapi bapak butuh uang untuk bayar hutang . Mungkin inilah yang terbaik , dengan airmata berderai aku membanting celengan ke lantai hingga pecah berantakan dan isinya berhamburan .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho