toleransi beragama

Dulu,saat aku masih jadi katak dalam tempurung,yang aku tahu dan aku dengar dari orang-orang di sekelilingku hanyalah Muhammadiyah dan NU. Bahkan aku tidak tahu apa perbedaan Muhammadiyah dan NU,dan mengapa keduanya harus berbeda padahal keduanya sama-sama islam. Keterangan selintas yang sedikit menjelaskan tentang perbedaan Nu dan Muhammadiyah ialah NU melakukan Qunut saat Subuh dan Muhammadiyah tidak. Hanya itu yang aku tahu.
Pertanyaan besar yang mengganjal itu akhirnya terjawab ketika aku sampai disini,di Paramadina,di jurusan Falsafah dan Agama. Disini aku bukan hanya menjadi tahu apa perbedaan NU dan Muhammadiyah,tapi juga berbagai aliran teologi dalam islam yang memang sudah ada sejak zaman sahabat rasul. Dulu,yang aku tahu dari buku-buku sejarah islam yang kubaca nama-nama seperti Syi’ah,Khawarij dan Mu’tazilah hanya kelompok-kelompok politis yang ada pada masa itu dan kukira sudah tidak ada pada masa sekarang.namun ternyata,bukan malah mengerucut,makin tambah banyak.Disini aku menjadi tahu bahwa terdapat banyak Ormas Islam selain NU dan Muhammadiyah.
Saat masih sekolah dasar,aku belajar PMP. Disana aku belajar tentang toleransi dengan umat agama lain. Dan disini,di Paramadina aku belajar bertoleransi tak hanya dengan umat agama lain melainkan juga belajar bertoleransi dengan berbagai aliran kepercayaan dalam islam. Di kelas,aku berinteraksi dengan mereka yang NU,Muhammadiyah,Syi’ah,ahmadiyah,PERSIS,bahkan JIL dan mantan anggota NII. Tak ada pembedaan dalam bergaul. Kami adalah satu,meski kami berasal dari latar belakang kepercayaan yang berbeda-beda tapi kami mempercayai Tuhan yang satu, Allah SWT. Suasana panas menyelimuti bila kami sedang berbincang tentang teologi,berdebat dan berdiskusi mempertahankan pendapat masing-masing. Membela apa yang dipercayai dan diyakini sebagai kebenaran.tapi saat kelas telah usai,dan debat kusir telah mereda,kami berbaur menjadi satu dalam ikatan kebersamaan, karena meski kami berbeda, tapi kami punya kesamaan, yakni: kami adalah Pemuda Indonesia yang sama-sama  lahir di bumi pertiwi dan kami sama-sama sedang menuntut ilmu di Universitas Paramadina.
Lakum dinukum waliyadin,untukmu agamamu dan untukku agamaku. Itulah asas yang kupegang. Bagi mereka,apa yang mereka percayai dan mereka jalani, itulah yang mereka yakini sebagai hal yang terbaik untuk hidup mereka. Dan begitupula aku,bagiku apa yang kupercayai dan kujalani selama ini, itulah yang aku yakini sebagai hal yang terbaik untuk hidupku.
Jadi,buat apa berdarah-darah hanya karena perbedaan? Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang berbeda,kita memang diciptakan untuk berbeda,karena perbedaan adalah Rahmat dari Tuhan,dan kitapun berada di Indonesia yang kaya akan keragaman. Untuk apa memaksakan semua harus sejalan,semua harus sama? Sebab,sejatinya kita memang berbeda. Mengapa tak kita jadikan saja perbedaan itu sebagai basis kekuatan untuk membangun Bangsa Indonesia yang lebih maju?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho