CATATAN HATI MAHASISWA MENGABDI (2)
Tentang Keluarga di Sidowayah
Tanggal 24 juni sampai 14 Juli
kemarin, saya berkesempatan merasakan pengalaman yang luar biasa bersama lima
orang keluarga baru saya azmi, mona, ida, pupu dan galuh. Selama tiga minggu
penuh kami melewati kebersamaan yang begitu indah. Suka duka banyak kami alami.
Tapi lebih banyak sukanya sih. Enam karakter yang berbeda tinggal dalam satu
rumah selama kurang lebih 21 hari tentunya membuahkan berbagai kejadian lucu,
unik, dan menjadi kenangan yang tak tergantikan
.
Ada Mona , si anak Palembang yang
suka teriak dengan suara cemprengnya. Agak manja tapi paling rajin
bersih-bersih rumah. Yang paling diingat darinya tentu saja, saat dia meneriaki
Azmi, menyuruh Azmi melakukan apapun permintaannya. Awalnya aku mengira mereka
pacaran, ternyata enggak. Karena Azmi sudah punya pacar dan Mona sendiri juga
punya gebetan. Mona ini, paling antusias nyoba segala hal baru yang ia temui.
Gak takut kotor, gak takut capek. Selalu penasaran ingin mencoba apapun yang ia
temui. Rasanya tak ada hal yang belum ia coba selama tiga minggu kami berada di
Sidowayah. Saat mengunjungi Pak Marijo yang sedang mencangkul untuk membuat
tanggul, dengan sigap ia meminta pada Pa Marijo untuk mencoba. Bisa ditebak,
selanjutnya yang terjadi adalah, badannya yang kecil mencoba mengayunkan cangkul
yang berat itu ke tanah berlumpur. Baru beberapa ayunan cangkul, dia
ngos-ngosan.
Ketika kami mengunjungi warga
yang sedang membajak sawah dengan traktor, dia juga penasaran ingin mencoba. Ya
walaupun teriakan dan suara cemprengnya menggema ke seantero sawah, tapi dia
berhasil membajak sepetak lahan sawah sebanyak empat kali putaran, luar biasa!
Di lain hari, saat kami membantu para ibu-ibu yang sedang memanen padi, dia
mencoba mengangkat karung berisi padi yang beratnya mencapai 50 Kg. Tentu saja
dia tidak kuat mengangkatnya, berat badannya sendiri saja hanya 45 kilogram.
Hehe. Tapi aku suka dengan semangatnya.
Selain sifat manjanya dan suara
cemprengnya yang kadang memekakkan telinga, Mona ini orangnya rajin banget loh.
Setiap pagi dia membersihkan rumah di saat yang lainnya masih bermalas-malasan
di tempat tidur. Dia juga tekun menyelesaikan pembuatan tungku sekam pesanan
warga, tidak mengandalkan Azmi semata. Good Job lah pokoknya. :D
Gak lengkap rasanya kalau kita
membicarakan Mona tanpa membicarakan Azmi. Yah, peserta IGTF terganteng di
antara kami ini sangat unik untuk dibahas. Sebagai satu-satunya cowok di
kelompok kami, dia mengemban tugas yang berat untuk mengayomi, melindungi dan
menjaga kelima cewek lain yang tinggal satu rumah dengannya. Dia merelakan diri
tidur di luar, di depan televisi, sedangkan kami berlima tidur di kamar. Bahkan
dia sering tidur di kursi jika ada di antara kami yang menonton tivi sampai
malam dan ketiduran. Benar-benar calon suami idaman deh.
Terus, si Azmi ini nurut aja apa
kata kami. Dia mau memenuhi semua permintaan kami, apapun itu. Terutama Mona
yang sering nyuruh-nyuruh dia, tapi dia gak pernah marah loh, dia melakukan
semuanya tanpa protes. Saat kami, cewek-cewek ini males masak untuk makan
malam. Dia rela masak buat kita semua loh. Disuruh beli galon, nganterin ke
minimarket untuk belanja. Selalu siap. Dan, 3 hari sebelum tugas kami selesai.
Kami pergi ke jogja untuk beli oleh-oleh, di sana Azmi membelikan kami semua
masing-masing aksesoris yang boleh kami pilih sendiri. Dia juga sering nraktir
kita. The best lah pokoknya. Heuheu. Azmi mengayomi banget. Di kalangan peserta
IGTF Klaten Azmi di panggil Eyang Subur, karena dia satu-satunya cowok dengan
lima orang cewek dalam kelompok IGTF yang bisa rukun sama kami semua. Bahkan
ada guyonan tentang urutan istri. Istri pertama, Kak Ida yang dewasa dan
anggun, istri kedua pandai masak (gue :P), istri ketiga rajin beresin rumah
(Pupu), Istri keempat rajin bersih-bersih (Mona) istri bungsu adalah yang
paling manja dan selalu ngerepotin yaitu Galuh. Hahahaha. Tentunya guyonan ini
hanya berlaku saat kami berada di Sidowayah, setelah kembali ke kehidupan
masing-masing kami tetap teman. Tapi jelas guyonan itu dihilangkan, kalau pacar
Azmi tahu bisa runyam. Hehehe.
Lalu ada Kak Ida, orangnya lembut
banget. Anggun, pendiam dan gak banyak tingkah. Dia ikut aja apa kata kami
semua. Suka bantuin masak dan nyuci piring juga beresin rumah. Makanya dia
dinobatkan jadi istri pertamanya Azmi, karena kriteria istri idaman ada di dia
semua. Haha. Gak heran sih, dia kan asli Kudus. Tipikal cewek Jawa yang lembut
dan halus dalam berprilaku. Tapi kurangnya dia itu, dia jarang berpendapat
kalau kami sedang berdiskusi. Dia terima aja gitu usulan dari kami, tanpa
pertimbangan lebih jauh. Agustus kemarin di sidang, dan sekarang udah lulus
dari IPB. Selamat ya Kak Ida.
Selanjutnya adalah Pupu. Cewek
manis sang dokumentor kami. Dia asli Tangerang, dan hobi banget sama semua yang
berbau K-Pop. Isi laptopnya kebanyakan film dan lagu-lagu korea. Dia adalah
orang yang selalu paling rapih di antara kami. Keliatan kalo kami foto, yang
lain kadang penampilannya berantakan tapi cewek ini selalu keliatan rapih.
Entah apa rahasianya. Setiap pagi, dia selalu nyuci piring dan peralatan masak
yang kotor. Dan juga gak ragu buat bantuin masak. Yang namanya dokumentator,
pasti selalu aja diminta fotoin kami semua. Dna dia gak keberatan loh. Padahal
pake kamera hapenya dia, tapi dia rela meminjamkan kameranya kepada kami untuk
jepret sana – sini.
Next one is Galuh, paling manja
di antara kami semua. Gak heran, dia anak tunggal dan gak pernah disuruh kerja
sama orangtuanya. Jadilah dia suka jalan-jalan sendiri. Disaat kami semua sibuk
beresin rumah, dia ngilang gatau kemana. Paling rewel soal makanan, (bikin aku
yang kebagian tugas masak sehari-hari jadi kerepotan). Paling banyak mintanya,
paling banyak nyuruh-nyuruh Azmi kedua setelah Mona, :P. Awalnya dia manggil
aku nama aja, pas dia tau aku lebih tua dia jadi manggil aku kakak terus.
Hahahaha. Lucu. Tapi dibalik semua sikap childishnya dia, dia adalah tipe
organisator yang baik. Dan leadershipnya keliatan banget. Dia yang paling sigap
mengatur jadwal kami selama tiga minggu di Sidowayah, juga membagi kepengurusan
di dalam tim selama kami tinggal serumah. Cewek asli Magelang ini juga hormat
banget sama orangtua, tata kramanya bagus terhadap orangtua. Dan untungnya ada
Galuh di antara kami adalah, dia paling pinter menghandle anak-anak yang selalu
mengerubungi kami saat kami ada di rumah. Mungkin karena sifat kekanakannya yang
lebih tinggi daripada kami. Dia juga yang selalu jadi translator kami saat
berkomunikasi dengan warga menggunakan bahasa jawa.
And, the last one is Me! Selama
tiga minggu itu. Aku jadi juru masak mereka. Dan mungkin di antara mereka semua
aku yang paling banyak gak tahu apa-apa. Gimana enggak? Aku satu-satunya yang
tidak memiliki background pertanian dalam riwayat pendidikanku. Jadilah aku
ngikut saja apa yang akan mereka lakukan. Tentunya tugasku gak kalah penting.
Nyiapin makan setiap hari, ngatur menu makan sehari-hari, itu gak gampang loh.
Apalagi ada Galuh yang suka request makanan aneh-aneh. Yang lain mah terima aja
apa yang aku masak. Dan masakan aku udah jelas enak. Mereka semua menyukainya,
mungkin di masa depan aku akan membuka restoran guna menyalurkan bakat
memasakku ini. Hehe.
Untuk kesan-kesan mereka
terhadapku, lupa-lupa inget deh. Kalo kata si Mona, aku ini pinter masak dan
jarang berpendapat. Tapi sekalinya ngomong nyelekit dan bikin orang seketika
terdiam. Haha, maafin aku ya Mona. Kata si Galuh, aku pinter masak dan pinter
ngomong di hadapan publik. Si Galuh amaze banget loh waktu tahu aku ini Duta
Paramadina. Hihi. Azmi,Pupu dan Kak Ida kurang lebih sama pendapatnya dengan
Mona dan Galuh mengenai aku.
Nah, itulah dia keluargaku d Sidowayah.
Keluarga yang gak pernah aku kenal sebelumnya. Aku gak pernah merasa di bedain
sama mereka hanya karena aku dari Paramadina dan mereka semua dari IPB. Justru
mereka merasa senang dengan kehadiranku yang bisa menghandle soal memasak. Dan
juga memberi variasi diantara mereka karena aku yang paling gendut di antara
semuanya. Hehe.
Sejak kepulangan kami dari
Klaten, kami berenam belum sempat ketemu lagi. Padahal pengen banget. Kangen
euy. Tapi kita tetep keep in touch kok, via handphone. Mereka sering sih nyuruh
aku datang ke IPB. Tapi mereka sendiri juga sibuk dengan kuliahnya. Jadi ya
mungkin gak bisa sekarang-sekarang.
Yang pasti, kemanapun aku pergi,
sampai setua apapun usiaku ini, mereka akan tetap kuingat sebagai orang-orang
yang telah menggoreskan kenangan di hari-hariku selama di Klaten dan menjadi
keluargaku ketika aku tak memiliki siapapun untuk kujadikan tempat bergantung
selama tiga minggu di Sidowayah.
Terima kasih Kak Ida, Terima
Kasih Pupu, Terima kasih Azmi dan Mona, udah mengisi hari-hariku di Sidowayah
dengan kenangan indah dana menyenangkan. Terima kasih telah mengenalkanku pada
arti kerja keras, terima kasih telah memberikanku contoh hubungan yang mesra
dengan Tuhan dan teladan bersikap pada orang tua.
Terima kasih telah menjadi sahabat
yang begitu menyenangkan, menerima segala kekurangan dan kelebihanku apa
adanya. Terima kasih untuk kalian semua, sahabat yang cantik-cantik, baik, dan
menyenangkan. (Azmi juga ganteng kok, :P)
Semoga kita bisa secepatnya
mengadakan reuni. Amin. :D
Komentar
Posting Komentar