Resensi Novel: PULANG: MEMELUK RASA TAKUT UNTUK PULANG KE JATI DIRI YANG SEJATI


Judul: Pulang
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Halaman: iv+400  
Tahun terbit: 2015
Harga: Rp. 65.000

Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia sedih, takut, jijik, dan kemarahan. Aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut. (Hal.1)

Bujang adalah seorang anak kampung pedalaman Sumatra, ia tidak pernah sekolah. Hanya belajar baca tulis dan berhitung dari Mamaknya, juga sesekali belajar agama secara sembunyi-sembunyi. Ketika umurnya 15 tahun, Bujang diboyong dari kampung pedalaman Sumatra ke kota provinsi untuk tinggal bersama Keluarga Tong yang menguasai bisnis gelap di pelabuhan.

Keluarga Tong adalah tempat di mana dulu ayahnya bekerja sebagai tukang pukul. Bujang amat berkeinginan untuk menjadi tukang pukul seperti ayahnya, namun Tauke Besar, pimpinan Keluarga Tong, tidak mengijinkan. Tauke Besar malah ingin Bujang sekolah setinggi-tingginya setelah menyadari potensi kecerdasan yang dimiliki Bujang. Mati-matian Bujang menolak belajar dan selalu merengek untuk diijinkan ikut bertugas bersama para tukang pukul lainnya. Tauke Besar pun harus menggunakan tipu daya untuk membuat Bujang menyerah pada keinginannya untuk menjadi tukang pukul dan bersedia sekolah.

Akan tetapi, Bujang bukanlah pemuda biasa. Dia memiliki darah seorang jagal dalam nadinya, kakeknya adalah seorang jagal yang paling ditakuti di masanya, demikian pula ayah Bujang yang menjadi tukang pukul andalan Keluarga Tong sebelum ia pensiun dan menikah dengan ibu Bujang. Meski dicegah sedemikian rupa, akhirnya darah jagal dalam diri Bujang tetap menampakkan wujudnya ketika Tauke Besar terancam bahaya saat markas Keluarga Tong diserbu oleh kelompok yang memiliki dendam terhadap Keluarga Tong. Seorang diri, Bujang menghabisi seluruh penyerang yang hendak membunuh Tauke Besar. Tanpa rasa takut ataupun ragu.

Ingat, Bujang. Jika kau tidak membunuh mereka lebih dulu, maka mereka akan membunuhmu lebih awal. Pertempuran adalah pertempuran. Tidak ada ampun. Jangan ragu walau sehelai benang. (ucapan Guru Bushi, Hal.153)

Dua puluh tahun berlalu, Bujang telah menjadi jagal nomor satu Keluarga Tong. Dia juga meraih gelar master dari universitas di luar negeri. Kiprahnya dalam menganalisa tentang shadow economy membawa bisnis Keluarga Tong merajalela hingga ke mancanegara, mereka memiliki cabang bisnis  di seluruh dunia. Bujang adalah penyelesai konflik tingkat tinggi. Dia selalu punya rencana, kecerdasan dan kemampuan bela dirinya jauh di atas rata-rata.

Hingga kemudian, penghianatan besar terjadi di dalam Keluarga Tong. Teman dekat Bujang, yang telah bekerjasama dengan Bujang selama puluhan tahun, melakukan konspirasi dengan Keluarga Lin untuk mengambil alih kekuasaan Keluarga Tong dan membunuh Tauke Besar. Bujang berusaha mati-matian untuk menyelamatkan Tauke Besar, karena hanya dialah satu-satunya keluarga Bujang setelah kedua orangtua Bujang meninggal. Akan tetapi, Tauke Besar yang memang sudah tua dan sakit-sakitan tak mampu menahan datangnya maut.

Ada tiga lapis benteng rasa takutku. Satu lapis terkelupas saat Mamak pergi. Satu lapis lagi terkelupas saat Bapak pergi. Malam ini-entah ini malam atau siang di luar sana, lapisan terakhirnya telah rontok, ketika Tauke Besar akhirnya mati. (hal.319)
Meninggalnya Tauke Besar membuat Bujang kehilangan semangat hidup, tiba-tiba ia merasa takut pada segala hal. Bujang bersembunyi di sekolah agama milik Tuanku Imam untuk menyembuhkan diri dari luka-luka di tubuhnya akibat serangan para penghianat, juga luka hati akibat kematian Tauke Besar. Tuanku Imam membantu Bujang mengatasi ketakutan-ketakutan yang baru saja dimilikinya.
Melalui Tuanku Imam, Bujang belajar tentang sejarah leluhurnya, yang kemudian membuat Bujang mampu memeluk rasa takutnya dan menemukan keberanian baru untuk mengalahkan penghianat dan merebut kembali kekuasaan Keluarga Tong.
“Saat itu terjadi, kau telah pulang, Bujang. Pulang pada hakikat kehidupan. Pulang, memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan.” Kata Guru Bushi (Hal.388)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW CERPEN “ SALAWAT DEDAUNAN “

Review Film Hamari Adhuri Kahani

Quote dari Buku Sang Alkemis Paulo Coelho