Polanharjo, I'm Coming!
Hari ini pembekalan terakhir di
IPB. Ups, aku belum cerita. Universitas Paramadina bekerjasama dengan IPB untuk
mengadakan pengabdian di beberapa daerah di Indonesia. Program ini disebut IPB
Goes To Field, kalo di Paramadina namanya Program Mahasiswa Mengabdi. Untuk
ikutan program ini mahasiswa harus mendaftar dulu di kampusnya masing-masing,
setelah di seleksi terpilihlah 20 orang dari Paramadina dan 507 orang dari IPB.
Memang kelihatannya jumlah ini sangat timpang sekali, tapi jika dari prosentase setara. Karena mahasiswa IPB jumlahnya ribuan sedangkan mahasiswa Paramadina cuma beberapa. Itu sih yang dikatakan oleh Bu Asri, Dosen Parmad yang bertugas jadi panitia seleksi.
Memang kelihatannya jumlah ini sangat timpang sekali, tapi jika dari prosentase setara. Karena mahasiswa IPB jumlahnya ribuan sedangkan mahasiswa Paramadina cuma beberapa. Itu sih yang dikatakan oleh Bu Asri, Dosen Parmad yang bertugas jadi panitia seleksi.
Sejak tanggal 1 Juni sampai 15
Juni hari ini, ada pembekalan program yang diadakan di kampus IPB setiap hari
sabtu dan minggu. Kami, anak-anak Paramadina harus bangun pagi-pagi sekali dan
berangkat bersama dari kampus Parmad menuju IPB. Dan pulangnya sore, nyampe
rumah udah malem aja. Sebenarnya kegiatan di IPB-nya menyenangkan, kami
berkesempatan jalan-jalan di kampus yang seluas kampungku itu. Tapi, capek si
perjalanannya bo! Apalagi kalo macet! Uh…tidur pun gak bisa kalo di dalam
mobil, rasanya kangen kasur kalo lagi di mobil dan ngantuk berat. Hehehehe
pembekalan hari pertama, foto di depan kantin Blue Corner, dekat Fakultas Perikanan
Mahasiswa Paramadina yang siap mengabdi di daerah
Nah, setelah pembekalan selama
tiga minggu, tanggal 22 nanti kami akan dilepas oleh Rektor Paramadina dan juga
petinggi kampus IPB. Tentunya Pak Anies Baswedan akan datang dalam upacara
pelepasan itu. Setelah upacara pelepasan, tanggal 23-nya kami akan berangkat ke
daerah tujuan masing-masing. Dengan spesifikasi program yang berbeda-beda. Ada
yang dapat social mapping, pembelajaran Internet sehat, Indikasi Geografis Padi
Rojolele, penanggulangan Hama tanaman, Tungku Sekam, dan lain-lain. Totalnya
ada 19 program di 19 lokasi. Kebanyakan lokasinya terletak di pulau Jawa,
seperti Bogor, Brebes, Klaten, Tegal, dan Pekalongan. Tapi ada juga program
yang ditempatkan di Lampung, dan Malinau. Kami akan tinggal disana selama 3
minggu dalam program ini, dari tanggal 23 Juni sampai 14 Juli, jadi nanti
ramadhan pertama akan aku lewati disana. Pertengahan Juli nanti baru pulang ke
Jakarta atau mungkin langsung ke Cirebon. Hehehe
Nah, sebelum ikut daftar aku udah
kepengen ditempatkan di Klaten, entah kenapa. Pengen aja. Aku belum pernah ke
sana, temenku orang Solo, tapi gak ada hubungannya sih, hehe. Meski dalam
ketentuan pendaftaran memang harus siap di tempatkan di mana aja, tapi bikin
target boleh dong. Hehe. Dan ternyata, harapanku terkabul, lolos seleksi aku
ditempatkan di Klaten. Seneng aja sih, dapetnya sesuai espektasi. Program yang
akan kujalani adalah Indikasi Geografis Padi Rojolele di Kab. Klaten. Mungkin
kalo melihat jurusanku, gak ada hubungannya. Tapi sungguh aku ingin belajar.
Banyak pengetahuan baru yang kudapatkan selama pembekalan. Pengetahuan tentang
dunia pertanian yang selama ini aku belum tahu, tentang hama, dan lain
sebagainya.
Dan hari ini, setelah pembekalan
terakhir selesai, di hatiku timbul sebersit rasa bangga bahwa Indonesia
memiliki kampus sebesar IPB yang peranannya dalam membangun dan mengembangkan
pertanian benar-benar serius. Secara, kan Indonesia ini negeri agraris jadi
emang butuh banget ilmu-ilmu kayak gitu. Kampus yang besar dan fasilitas yang
memadai. Cuma aku kurang suka dengan tulisan yang terpampang di pintu gerbang
IPB, disana tertulis BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY dengan huruf besar-besar
sama seperti tulisan selamat datang setiap kali kita memasuki gerbang provinsi.
Diatas tulisan tersebut barulah ada logo IPB berwarna biru. Maksudku, kenapa
yang ditulis besar-besar itu bahasa Inggris? Kenapa bukan bahasa Indonesianya
yang dibesarin? Kan nasionalismenya jadi terasa kurang. Ah, mungkin ini
sentimen bahasa aja sih dari aku.
Okeh, lanjut ke hari ini. setelah
sesi terakhir dari Bu Titi tentang penjelasan mengenai apa itu Indikasi
Geografis. Kami 20 orang dari IPB dan Paramadina (3 mahasiswa Paramadina dan 17
Mahasiswa IPB berbagai angkatan) yang mendapatkan program Indikasi Geografis
Padi ROjolele di Kab.Klaten di bagi lagi menjadi 7 kelompok berdasarkan
kecamatan. Yakni Polanharjo, Karanganom, Juwiring, Delanggu, Gantiwarno dan
Prambanan. Banyak banget yang pengen ditempatin di Kec.Prambanan, mungkin biar
deket sama candi Prambanan kali yah. Kalo aku sendiri gak terlalu tertarik. Aku
malah kepengen ditempatin di Polanharjo. Alasannya simple, karena nama
Polanharjo familiar di aku. bukan karena aku pernah kesana, punya saudara atau
kenalan di sana aja enggak. Untung aja Bu Titi baik dan menyilahkan kami untuk
memilih kecamatan sendiri. Langsung deh aku minta di tempatin di Polanharjo.
Kenapa Polanharjo? Sebab, nama
Polanharjo sering disebut dalam novel dan film yang diangkat dari karya
Habiburrahman EL Shirazy. OKey, meski di postingan sebelumnya (Baca: Tentang Penulis
Idolaku) aku mengatakan bahwa aku bosan dengan kang abik, tapi tak bisa
kupungkiri bahwa dulu aku pengagum berat kang abik. Karya-karyanya seperti
Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta bertasbih mempengaruhi corak berpikir dan
warna tulisanku. Di dalam karyanya, Kang Abik sering menggunakan Polanharjo
sebagai setting. Itulah mengapa aku ingin ke Polanharjo, karena aku ingin
melihat tempat dimana kang abik terinspirasi untuk membuat karyanya. Yah, meski
nanti mungkin tempat aku melakukan Mahasiswa Mengabdi bukan persis di tempat yang dimaksud dalam novel-novelnya. Tapi
setidaknya aku bisa merasakan alam dimana kang abik membuat setting dalam
novelnya.
Tinggal satu minggu lagi, aku
akan berada di sana. Gak sabar rasanya ingin segera tiba di sana, merasakan
alam pedesaan yang mungkin agak berbeda dengan alam di kampungku, membuat
pengalaman-pengalaman baru, bekerja mengabdi pada masyarakat. Menggali kearifan
lokal dan budaya setempat, mungkin disana aku akan terinspirasi membuat novel
terbaruku. Dan tentunya, dalam tiga minggu
itu aku akan memiliki keluarga baru, dari induk semang dan kawan-kawan IPB yang
juga ditempatkan di sana.
wewwww... suppppeeer. Tapi tetep, ujung2-nya narsis juga haddeeeww. fotonya gede kali -_-
BalasHapusbiarin :P
BalasHapusih asiknyaaaaaahhhhh *envy*
BalasHapus